Mari kita sama-sama belajar untuk mempelajari ilmu teknologi agar kita tidak ketinggalan zaman dengan mempelajari perkembangan teknologi kita akan mudah beradaptasi dengan hal-hal yang berbaur alat-alat canggih.
CERITA PYTHAGORAS
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
-
Teorema Pythagoras adalah suatu pernyataan mengenai relasi atau
hubungan sisi-sisi dalam suatu segitiga siku-siku. Misalkan kita
diberikan sebuah segitiga siku-siku sebagai berikut:
Teorema Pythagoras mengatakan bahwa dalam suatu segitiga
siku-siku, jumlah kuadrat dari sisi-sisi yang saling tegak lurus sama
dengan kuadrat dari sisi miringnya.
Secara matematis, kita bisa bilang bahwa untuk segitiga siku-siku seperti pada gambar diatas, persamaan ini berlaku:
Kita masuk ke contoh sederhana deh. Misalkan, pak Made ingin membuat wahana flying fox seperti skema segitiga siku-siku yang terlihat di bawah ini. Tinggi menara adalah 30 m. Jarak dari menara ke dataran seberang
adalah 40 m. Berapakah panjang tali yang diperlukan pak Made untuk
dipasang dari atas menara, menyusuri perairan ke dataran
seberang? Walah, gampanglah soal ini buat lu. Misalkan adalah tinggi menara, adalah jarak antara menara dan dataran di seberangnya, dan adalah panjang tali flying fox yang diperlukan. Dengan teorema Pythagoras, kita dapat:
Karena panjang selalu bernilai positif, kita ambil . Jadi, panjang tali yang diperlukan pak Made adalah 50 m. Keliatannya simpel yah. Tapi perhitungan jarak pada hubungan
sisi-sisi segitiga ini pastinya banyak kita temukan di berbagai aspek
kehidupan. Oleh karenanya, teorema Pythagoras menjadi fondasi
trigonometri. Teorema Pythagoras menjadi dasar perhitungan buat
teorema-teorema lain di matematika, khususnya trigonometri. Dan tanpa
trigonometri, kita tidak akan punya banyak hal yang membentuk peradaban
manusia sekarang. Tanpa trigonometri, tidak akan ada sains, arsitektur,
ilmu kelautan, astronomi, bahkan ga akan ada tuh rumah, mobil, komputer,
dan berbagai teknologi modern yang kita nikmati sekarang. Nah, ada beberapa cerita menarik di balik sebuah teorema sederhana yang membangun peradaban kita ini. Ternyata eh ternyata:
(1) bukan Pythagoras yang pertama kali menemukan perhitungan ini
(2) teorema Pythagoras yang kita ketahui
sekarang berbeda dengan pernyataan teorema Pythagoras ketika Pythagoras
hidup pada zaman Yunani kuno.
Waduh, siapa dong yang nemuin? Kalo bukan dia yang nemuin, kok bisa
nama Pythagoras yang dipake untuk teorema ini? Trus gimana lagi tuh
ceritanya teorema Pythagoras bisa berubah? Oke, pada artikel ini gue akan bercerita tentang seluk-beluk teorema
Pythagoras. Bagaimana teorema ini bisa dinamai Pythagoras? Bagaimana
pula perkembangannya dari awal hingga versi yang kita sering pake di
masa sekarang? Buat lu yang ngakunya pecinta Matematika, lu wajib banget
baca artikel ini sampe habis. Artikel ini juga sangat gue
rekomendasikan buat lu yang lagi melatih skill pembuktian rumus. Langsung aja ya.
Gimana Ceritanya Teorema ini Dinamakan Pythagoras?
Kita kenalan dulu deh ya dengan sosok Pythagoras. Pythagoras dilahirkan di sebuah pulau bernama Samos,
sebuah pulau di Yunani pada tahun 570 sebelum masehi. Selama hidupnya,
dia suka berkelana ke berbagai macam tempat, seperti Mesir dan
Babilonia. Selama perjalanannya, dia mengumpulkan ilmu dari peradaban
tempat dia berkunjung. Kemudian, dia mulai menetap di Crotone, Italia.
Di sini lah Pythagoras mendirikan suatu gerakan atau sekolah bernama
Pythagorean. Di sekolahnya ini, Pythagoras mengajarkan para pengikutnya
bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini bisa dinyatakan dalam bilangan-bilangan. Karena itu, Pythagoras dan para pengikutnya sangat memuja angka dan rasio-rasio yang bisa dinyatakan dengan bilangan tersebut. Di sekolah yang dia dirikan ini, dia mulai mengutak-atik ilmu yang
dia kumpulkan saat dia berkelana, salah satunya adalah pengetahuan
tentang relasi antar sisi-sisi segitiga siku-siku. Berdasarkan catatan sejarah,
orang-orang di peradaban Babilonia, Mesir, India, bahkan Cina kuno
ternyata sudah memiliki pemahaman tentang relasi antar sisi-sisi
segitiga siku-siku beberapa ribu tahun sebelum Pythagoras lahir. Salah
satu bukti sejarah adalah tablet milik peradaban Babilonia.
Pada tablet ini, tertulis banyak kombinasi 3 angka yang memenuhi syarat
teorema Pythagoras atau sekarang kita sebut juga sebagai Pythagorean triple.
Coba pikir, gimana caranya peradaban kuno tersebut bisa membangun
bangunan, seperti piramida, kalo bukan pake pengetahuan relasi antar
sisi-sisi segitiga siku-siku?
Terus kenapa malah Pythagoras yang
mendapatkan “penghargaan” dan namanya dipake untuk menamai perhitungan
relasi antar segitiga siku-siku?
Pythagoras mendapat kredit/penghargaan atas teorema ini karena dia
dianggap sebagai orang yang membawa pengetahuan tersebut ke peradaban
Yunani yang selanjutnya menjadi pusat ilmu pengetahuan pada zamannya.
Pythagoras juga diusung sebagai yang pertama kali berhasil
mendokumentasikan serta membuktikan teorema ini secara sistematis.
Saking senengnya doi ketika berhasil membuktikan perhitungan ini, menurut legenda,
Pythagoras sampe mengorbankan 100 ekor sapi! Sejak saat itu,
pengetahuan relasi antar sisi-sisi segitiga siku-siku disebut sebagai
Teorema Pythagoras.
Pembuktian Teorema Pythagoras Modern
Nah, sekarang lo udah tau kenapa Teorema ini dinamakan Pythagoras.
Kita bisa lanjut bahas perkembangan teorema ini. Seperti yang gue sebut
di atas, teorema Pythagoras
yang sering kita pake sekarang, berbeda dengan perhitungan ketika
digunakan oleh orang-orang di peradaban kuno atau ketika Pythagoras
berhasil membuktikannya. Tapi biar lu bisa melihat kontrasnya, sebaiknya
kita mulai dulu dengan membuktikan Teorema Pythagoras versi modern. Misalkan kita punya gambar seperti berikut: Maksud dari gambar ini adalah kita diberikan empat segitiga siku-siku
yang identik, di mana keempat segitiga siku-siku tersebut disusun
sedemikian rupa sehingga membentuk suatu persegi besar dengan sisi dan sebuah persegi putih dengan sisi di dalam persegi besar tersebut. Sekarang, kita ingin mengatur letak segitiga siku-sikunya sedemikian
rupa sehingga kita mendapatkan dua buah persegi dengan sisi-sisi dan sisi-sisi .
Caranya adalah, kita geser segitiga siku-siku berwarna hijau tua dari
kanan bawah ke kiri atas sehingga dia menempel segitiga siku-siku
berwarna biru muda. Kemudian, kita geser pula segitiga siku-siku
berwarna biru tua dari kiri ke kanan dan segitiga siku-siku berwarna
hijau muda dari atas ke bawah sedemikian rupa sehingga keduanya saling
menempel. Dari proses tersebut, kita mendapatkan gambar sebagai berikut: Supaya melihatnya lebih enak, coba kita bandingkan kedua gambar persegi di atas menjadi seperti ini: Dari gambar gabungan kedua persegi diatas, terlihat bahwa kita hanya
menggeser segitiga siku-siku berwarna biru tua, hijau tua, dan hijau
muda. Itu berarti, luas persegi luar dengan sisi baik sebelum maupun sesudah pergeseran segitiga siku-siku adalah sama besar. Secara matematis, kita bisa bilang bahwa:
Kurangkan kedua ruas persamaan di atas dengan , kita dapat:
Pembuktian yang kita lakukan di atas sebenarnya berasal dari gagasan Pythagoras sendiri. Pembuktiannya sangat sederhana dan elegan ya.
Teorema Awal Pythagoras
Sampai di sini, gue harap lu udah ngerti pembuktian Teorem Pythagoras
modern. Sekarang lu udah bisa masuk dan melihat kontrasnya dengan
Teorema Pythagoras versi awal. Pada versi modern, kita biasanya
menafsirkan teorema Pythagoras sebagai relasi antar PANJANG dari
sisi-sisi segitiga siku-siku. Namun, interpretasi teorema Pythagoras
yang sekarang ini sebenarnya agak berbeda dengan interpretasi teorema
Pythagoras oleh Pythagoras sendiri semasa dia hidup. Pythagoras menafsirkan teorema ini sebagai relasi antar LUAS
PERSEGI atau bujur sangkar yang terbentuk di setiap sisi-sisi segitiga
siku-siku. Gambarnya kira-kira seperti ini:
Sumber: blogspotJadi, pernyataan teorema Pythagoras berdasarkan interpretasi Pythagoras adalah sebagai berikut:
Dalam suatu segitiga siku-siku, jumlah luas dari
masing-masing persegi yang terbentuk dari sisi-sisi yang saling tegak
lurus sama dengan luas dari persegi yang terbentuk dari sisi miringnya.
Dari sini aja udah keliatan banget bedanya. Secara matematis, dalam
suatu segitiga siku-siku seperti gambar yang kedua, persamaan ini
berlaku:
di mana:
Pernyataan matematis ini pertama kali dinyatakan oleh Euclid, seorang matematikawan Yunani kuno yang terkenal dengan bukunya berjudul The Elements. Oiya, buat lo yang masih belum kenal Euclid, lu bisa baca betapa gokilnya dia di sini, Euclid: Bapak Geometri yang Terlupakan. Jadi, matematikawan zaman Yunani kuno, seperti Euclid, tidak melihat
teorema Pythagoras ini sebagai relasi antar panjang dari setiap
sisi-sisi segitiga siku-siku, tetapi sebagai relasi antar luas dari persegi yang terbentuk di setiap sisi-sisi segitiga siku-siku. Mengapa bisa demikian? Karena jika teorema tersebut dinyatakan dalam
relasi antara antar panjang setiap sisi-sisi segitiga siku-siku, maka
Pythagoras harus berurusan dengan bilangan irasional. Apa itu bilangan
irasional? Semua bilangan yang bisa dinyatakan dengan bentuk pecahan
bilangan bulat seperti , ,
dan sebagainya adalah bilangan rasional. Bilangan real yang tidak bisa
dinyatakan dalam bentuk pecahan seperti itu adalah bilangan irasional.
Jadi, kalau Pythagoras menemukan suatu segitiga yang masing-masing
sisinya adalah 1 dan 2 misalnya, maka berapa panjang sisi miringnya?
Nah, itu adalah bilangan irasional. Jangankan alat bantu hitung
seperti kalkulator, simbol akar kuadrat aja belum ada pada jaman itu.
Simbol akar kuadrat pertama kali diperkenalkan oleh Christoph Rudolff
pada tahun 1525 (2000 tahun lebih setelah Pythagoras lahir). Jadi,
Pythagoras hanya bisa menafsirkan kuantitas bilangan irasional seperti
dalam geometri saja, yaitu sebagai segmen garis yang terbentuk dari
segitiga siku-siku sama kaki. Doi ga tau nilai sesungguhnya dari . By the way, kalau mau tahu lebih banyak tentang apa itu bilangan rasional, irasional, real, imajiner, dll.
Gimana Teorema Pythagoras Berkembang Seperti Sekarang?
Trus lu pun bertanya:
Kok bisa teorema Pythagoras versi
awal yang menggunakan relasi antar luas persegi berubah menjadi versi
modern yang mengunakan relasi antar panjang dalam segitiga siku-siku?
Jawabannya adalah peristiwa yang dikenal sebagai “Dilema Akar 2” yang diduga ditemukan oleh seseorang bernama Hippasus, salah satu pengikut Pythagoras. Pada tahun sekitar 500 sebelum masehi, dia berhasil menunjukkan bahwa:
tidak ada bilangan rasional yang jika dikuadratkan, maka hasilnya sama dengan dua
Ingat, pada zaman itu, para matematikawan belum mengenal konsep
bilangan irasional, mereka cuma taunya bilangan rasional aja. Dia
menemukan hal ini ketika dia menerapkan teorema Pythagoras untuk mencari
rasio antara sisi miring dan sisi alas dari suatu segitiga siku-siku
sama kaki. Ketika dia berusaha melakukan hal ini, dia menemukan bahwa
mustahil untuk menyatakan kuadrat dari rasio antara sisi miring dan sisi
alas dari suatu segitiga siku-siku sama kaki yang hasilnya sama dengan
2. Maksudnya apa sih? Coba deh kita jabarkan secara matematis:. Kita punya premis: Tidak ada bilangan rasional yang memenuhi
Gimana cara buktiinnya?
Asumsikan bahwa dan adalah bilangan bulat (bilangan negatif, positif, atau nol), di mana .
Trus, asumsikan juga bahwa dan TIDAK memiliki faktor persekutuan atau kelipatan yang sama supaya pecahan merupakan pecahan dalam bentuk yang paling sederhana untuk memenuhi persamaan di atas. Jika dan memiliki faktor persekutuan, kita bisa membagi dan dengan faktor persekutuan tersebut sehingga pecahan menjadi pecahan dalam bentuk yang paling sederhana. Kalo misalnya dan , mereka punya faktor persekutuan dong, . Nah, ini ga boleh ya. Jadi dan ga boleh memiliki faktor persekutuan/kelipatan untuk bisa memenuhi premis di atas.
Oke lanjut. Dengan manipulasi aljabar, kita dapat:
Nah, dari baris terakhir kita tau kalo pasti bilangan genap. Kenapa? Kan sama dengan hasil dari 2 dikali . Apapun bilangannya, kalo dikali 2 pasti jadi genap dong.
Karena adalah bilangan genap (bilangan yang habis dibagi dua), maka
harus berupa bilangan genap juga. Ya ga? Suatu bilangan ganjil kalo
dikuadratkan, ga mungkin menghasilkan bilangan genap, pasti ganjil juga.
Contohnya, 3 adalah bilangan ganjil karena 3 tidak habis dibagi 2.
Kuadrat dari 3 adalah 9, di mana 9 juga merupakan bilangan ganjil karena
tidak habis dibagi 2. Jadi, untuk menghasilkan bilangan kuadrat yang
genap, harus berupa bilangan genap juga.
Karena bilangan genap, kita bisa buat .
Substitusikan ke persamaan , kita dapat:
Di sini, terlihat kalo juga merupakan bilangan genap.
Dengan alasan yang sama seperti dijelaskan di atas, kita simpulkan bahwa juga merupakan bilangan genap, katakanlah .
Karena dan , terlihat bahwa dan memiliki faktor persekutuan, yaitu 2.
Ini bertentangan dengan asumsi di awal bahwa dan tidak memiliki faktor persekutuan. Artinya, asumsi bahwa ada suatu pecahan dalam bentuk yang paling sederhana yang memenuhi adalah salah.
Kesimpulannya, tidak ada bilangan rasional yang memenuhi persamaan .
Terbukti!
Penemuan Hippasus ini ternyata sangat mengejutkan pengikut Pythagoras
karena ini bertentangan dengan apa yang mereka yakini selama ini, yaitu
segalanya bisa dinyatakan dalam rasio antar dua bilangan asli. Menurut
legenda, karena penemuan Hippasus ini, dia bahkan ditenggelamkan ke laut
oleh para pengikut Pythagoras. Penemuan Hippasus ini jugalah yang
mengawali munculnya konsep bilangan irasional sehingga mengakibatkan
perubahan pernyataan teorema Pythagoras menjadi teorema Pythagoras
seperti yang kita kenal sekarang ini. Sumber
hei pembenciku, jangan benci aku nanti kamu tersiksa hei pembenciku, jangan mengintaiku nanti kamu kecewa aku senang-senang menikmati hidupku kenapa kamu yang jadinya tersiksa terganggu karena aku ngaku-ngakunya bahagia tapi kenyataannya kamu susah susah melihat melihat kalau aku bahagia itu derita lo hei pembenciku, jangan benci aku buang energi saja hei pembenciku, semakin kau benci aku semakin susah hidupmu aku senang-senang menikmati hidupku kenapa kamu yang jadinya tersiksa terganggu karena aku ngaku-ngakunya bahagia tapi kenyataannya kamu susah susah melihat melihat kalau aku bahagia itu derita lo kenapa sih lo mau hidup lo jadi susah selalu jalin celah untuk bisa mencela sudahlah aduh kawan ya lagi buat apa yang ada lo kecewa kalo gue sih having fun kritik sini kritik sana semua lo gak suka kasih makan juga nggak tapi lo yang marah-marah gue sih gak masalah, tapi lo naik darah selalu aja salah mending kita party...
Wahai ayah dan ibu Dengarlah rintihan anakmu Pimpinlah diriku ini Dijalan penuh berduri Berilah ilmu mengenal Tuhan Pencipta diri ini Selamatkan dari tipuan dunia Menuju alam yang abadi Ilmu akhirat wajib dipelajari Bekalan untuk bertemu Illahi Ilmu duniawi boleh dicari Panduan hidup untuk berbakti Ayah dan Ibu ini impianku Ingin menjadi anak yang sholeh Menolong ayah membantu ibu Terus berbakti di negeri abadi Oh Tuhan beri kekuatan iman Pada kedua Ayah dan ibuku Kau ampunkan segala kelemahan Sentiasa dalam bimbingan-Mu Setiap detik setiap saat Berada dalam ridho-Mu Jalan yang lurus ditunjukki Tuhan jadi sahabat sejati